Pernah mempunyai teman sekelas yang dapat menyerap pelajaran lebih cepat dari kita. Kenapa bisa begitu? Well, mungkin dia sudah familier dengan bidang pelajaran itu. Atau mungkin dasarnya kita aja yang kurang pandai dibanding dia. Hmmm, maybe the latter is more likely. 🙂
Kedua alasan itu bisa benar, tetapi ada penjelasan lain yang lebih berguna. Bahkan bila menyadarinya, kita bisa menjadi Expert di bidang manapun juga. 🙂
Konon, tiap orang mempunyai kurang lebih 7 chunks untuk memproses informasi dalam saat bersamaan (dari paper The Magical Number Seven, Plus or Minus Two: Some Limits on our Capacity for Processing Information). Teman kita dan kita mempunyai kapasitas yang sama. Yang membedakannya adalah lebar tiap chunk. Expert memiliki chunk yang jauh lebih lebar dibanding Layman.
But wait a sec, what is chunk? Eksperimen di catur berikut mengilustrasikannya.
Coba ingat-ingat posisi bidak di papan catur ini dalam 10 detik.
Bisa dipastikan kita yang bukan Chess Master tidak bisa merekonstruksi posisinya kembali. Namun bagi para Grandmaster, mengingat posisi catur di atas bukanlah hal yang sulit. Kenapa?
Kita awam catur. Kita melihat setiap bidak di papan catur sebagai potongan informasi yang terpisah. Hmm.. ada pion di sebelah kiri, pion lagi di atasnya, hei.. benteng di bawah, oh.. ada benteng lagi di sampingnya, naa… kuda di tengah, dan seterusnya. Setiap bidak merupakan tiap chunk bagi kita. Definitely, ada lebih dari 7 chunks di sana. Kita telah meng-overload kapasitas chunking kita.
Para Chess Master melihat posisi catur di atas secara berbeda.
Mereka melihat raja dan dua benteng putih di sebelah bawah sebagai hal yang biasa. Posisi itu setelah raja dan benteng melakukan castle (pertukaran posisi), kemudian benteng biasa diletakkan di open line. Benteng yang di sisi lainnya juga biasa digeser ke tengah. Bagi para Chess Master, beberapa bidak sekaligus ini dianggap hanya satu chunk.
By the way, bagaimana kita mengingat-ingat nomer telepon? Yeah, kita groupkan beberapa angka sekaligus. Bisa dianggap kita sedang meminimalkan jumlah chunk. Misalnya nomer 0856123555007.
Bila kita mengingatnya dengan melihat tiap angka secara terpisah, kemungkinan besar kita akan lupa. Tetapi bila kita groupkan beberapa angka, kita dapat mengingatnya dengan mudah.
Chunking ini bisa juga diterapkan dalam mengajar. Misalnya, rumus Usaha yang dilakukan oleh Gaya untuk memindahkan benda dari a ke b.
Bagi Expert, rumus ini mudah sekali dipahami. Namun bagi orang yang awam tentang kalkulus, integral, dan semacamnya rumus ini sulit dipahami dalam sekali suapan. Mereka melihat setiap simbol sebagai potongan yang terpisah. Apa itu sebenarnya tanda cacing, apa itu artinya dx. Bila ini tidak diperhatikan dan tetap dipaksakan mempresentasikan rumus dalam sekali suapan, mereka hanya akan menghafal tanpa memahaminya.
Final example, slide presentasi. Karena chunk kita sebagai presenter sekaligus Expert lebih lebar daripada audiences, kita sering memasukkan terlalu banyak chunk dalam satu slide (sering terlihat dari banyaknya bullet). Ini meng-overload kapasitas chunking audiences sehingga tidak bisa mengikuti dengan baik. Banyak yang menyarankan one message per slide.
Happy Learning! Eh, semoga saja postingan ini tidak terlalu banyak chunk-nya. 🙂
Btw, referensi:
Topik tentang chunking: di Lecture 2 Teaching Equations Video Kuliah dari Sanjoy Mahajan (Teaching College-Level Science and Engineering)
wah, berguna sekali postingannya. makasih mas! 🙂
arigato, herfina :). Bhs jepang cuman bisa arigato doang. kpn2 aku diajarin bhs jepang yaa ha3 : )
Ajooy..ini nih postingan yg kutunggu-tunggu chunk banget dah!…ha…ha..mungkin kalo expert melihat angka atau misteri itu sebagai tantangan (chunknya)…kalo orang awam kayak aku liat deret-deret angka atau rumus ngejelimet…cang…cing…cong..bawaannya sutris dan mau kabur aja! aku suka infonya tanpa setahu kita kita udah menjalankan chunk kita seperti mengingat no hp…atau mengingat orang-orang yg pinjam uang sama kita…ha…ha…gimana dong chunknya kita ngga bisa ngelupain orang yang kita sebelin?
Jempol 4 dah buat postingan yg ini!
Ina… makasih ya komentarnya… wah, nglupain orang yg kita sebelin? gimana ya caranya… mending bnyak bergaul sm orang yg lainnya aja… nanti lama2 kita akan lupa dengan sendirinya kok he3 (*sok gaul nih aku, pdhl orangnya kuper wkwkwkwk 🙂 )
Luar biasa, saya baru tahu tentang ini. 🙂
Perihal presentasi, memang harusnya jangan membuat peserta bingung dan berlama-lama membaca slide. Harusnya peserta lebih banyak mendengar penjelasan si pembicara ketimbang melihat dari slide. 😉
wah iya, slide yg dibikin emg sbaiknya jadi pendukung aja ya, fokus utamanya ttp di pembicara.
makasih mas Asop atas komentarnya…. 🙂
weits mantep nih bro.
oh sanjoy mahajan ya. *bongkar2 koleksi video lecturer*
ok ktemu. nonton dulu hi3. *ketauan nek durung tau ditonton wkwkwk*
eh bro… dari paper yg seven chunks itu ada pertanyaan di akhir yg menarik lho… kenapa hari ada 7, kenapa ada 7 keajaiban dunia, kenapa ada 7 langit… mgkin ada kaitannya ama seven chunks hahahaha 🙂
wah, cara mengingat yang cerdas ….
wei mas joe, makasih dah kasih komentar. 🙂
iya, dgn tahu chunking ini, efeknya kita juga bisa mengingat sesuatu dng cara membesarkan chunk kita (big chunk vs small chunk).
btw, salam kenal ya. 🙂